Ditulis Oleh : Agus Triyono Syafi'ie, M.Psi
Semua para orang tua pasti sepakat atas harapan kesuksesan anaknya dimasa depan, oleh karena itulah mereka berlomba-lomba memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya, di sekolah-sekolah yang terbaik dan mahal, tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan anaknya, tetapi mereka tidak bisa memastikan masa depan setiap anaknya, bagi para orang tua yang terpenting saat ini anaknya sudah belajar di sekolah dan mendapatkan nilai tinggi pada setiap mata pelajaran di sekolah. Mereka para orang tua merasa puas dan bangga dengan pencapaian nilai anaknya di sekolah, walaupun tidak ada jaminan 100% korelasi antara nilai bagus dengan kesuksesan di masa depan, para orang tua lupa esensi belajar sesungguhnya bagi anaknya.
Tidak dipungkiri kesuksesan akademik menjadi salah satu faktor kesuksesan hidup, tetapi jangan lupa esensi kesuksesan adalah kebahagian, yaitu dimana kita merasa apa yang dilakukan dan dicapai selaras dengan hati dan pikiran, dalam suasana batin kenyamanan, kepuasan dan keikhlasan. Disinilah terjadinya kesalahan dalam memahami arti kata dari kesuksesan, dikira kesuksesan itu hanya berdasarkan keberhasilan dalam suatu profesi atau pekerjaan yang menghasilkan banyak uang atau harta, tanpa melihat sisi-sisi yang sifatnya yang lebih esensial daripada sekedar materi.
Dalam cara pandang yang salah itulah banyak para orang tua menekan anaknya dengan segala cara untuk mendapat nilai terbaik pada semua mata pelajaran di sekolah. Jadi menurut mereka anak yang jenius adalah yang nilainya bagus pada semua mata pelajaran di sekolah. Tetapi kenyataannya dalam kehidupan sosial setiap individu berinteraksi pada profesinya masing-masing dengan spesifik kemampuan yang berbeda-beda.
Jadi bisa kita katakan pola belajar di sekolah yang menuntut anak belajar banyak hal dengan standart nilai yang tinggi adalah menyalahi kodrat. Karena sesungguhnya setiap anak dilahirkan untuk menjalani kodratnya yang berkesesuaian dengan potensi kemampuan yang dibawanya sejak lahir. Setiap anak mempunyai kecenderungan kecerdasan yang berbeda-beda atas potensinya dalam aspek kognitif, afektif dan motorik. Sesungguhnya tugas orang tua dalam mendidik anaknya adalah mempertajam potensi bawaan lahir anaknya, pastikan anak kita menemukan dan menjalankan takdirnya sebagai individu yang bermanfaat, bahagia dan sukses.
Itulah proses pendidikan yang seharusnya diberikan pada anak kita, dimana orang tua telah memetakan potensi kecerdasan anak dalam tiga aspek, kognitif, afektif dan motorik. Orang tua haruslah memahami anaknya mempunyai kecerdasan apa pada dirinya. Setelah kita mengetahui potensi unggul anak, maka orang tua sebaiknya fokus dalam potensi unggul anaknya sebagai kebutuhan belajar anak, sehingga anak tumbuh dan berkembang dalam kekuatan potensi keunggulannya.
Para orang tua harus mempunyai kecerdasan untuk mensiasati situasi keadaan yang ada, dimana realitasnya mau tidak mau anak kita tetap berproses dalam sekolah formal. Tidaklah masalah anak kita mengikutinya sebagai persyaratan pendidikan formal, tetapi diluar itu para orang tua harus memahami sesungguhnya yang utama dalam mengembangkan potensi anak, dalam hal ini bisa jadi para orang tua dituntut memberikan usaha yang lebih dalam mengawal pendidikan anaknya, karena dipastikan akan ada biaya ekstra diluar biaya pendidikan formalnya, semisalkan memberikan kursus tambahan, pelatihan-pelatihan dst, tapi sesungguhnya usaha keras tersebut mengantarkan pada kepastian dalam kesuksesan anak di masa depan.
