BILYATIMI PEDULI NUSANTARA

Ditulis Oleh : Miftakhun Nidaur Rohmah, S.Hum

“Bila ada kemauan pasti ada jalan” inilah ungkapan yang sering di jadikan cambuk dan motivasi bagi setiap orang walaupun dengan keterbatasan ekonomi dan dukungan orang tua, tetapi dengan kemauan yang keras serta diimbangi dengan usaha (belajar) giat dan berdoa maka prestasi bisa tercapai.

Ilustrasi tersebut menjadi fakta secara nyata yang dialami oleh Intan A’yunil Husna santri binaan yayasan Himmatul Aliyah Tanjunganom Nganjuk yang diasuh oleh Ustadz Ali Fauzi. Gadis yang sekarang ini duduk di kelas 1 Aliyah, kini telah mempunyai hafalan al-Quran 7 Juz dan selalu menjadi sang juara di sekolahnya, berasal dari pelosok desa dan dari keluarga yang serba terbatas secara ekonomi yang telah menjadi anak yatim dan menjadi anak binaan yayasan Himmatul Aliyah semenjak dalam gendongan ibunya.

Adapun prestasi yang ditorehkannya adalah selalu memperoleh rangking 1 di sekolahnya, menjadi juara di berbagai perlombaan yang diseleggarakan di pondok bahkan juara di kegiatan ekstrakulikuler bahasa Inggris. “Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Intan tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya, kami sangat bangga dengan apa yang diraihnya”, kata Ustadz Ali Fauzi

Mungkin bisa jadi dalam waktu tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum dhuafa, Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru, mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini.aamiin

Seperti kisah keyatiman Nabi Muhammad yang bisa kita petik nilai hikmah dan menjadi tolok ukur pandangan kita, Pengalaman Nabi Muhammad SAW kecil menjadi yatim menyimpan banyak hikmah yang belum terungkap Syekh M. Nawawi Banten menukil pendapat Ibnul Imad yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi orang besar di kemudian hari. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW ditempatkan dalam situasi yatim agar kelak di kemudian hari ia menyadari bahwa kemuliaan dirinya berasal dari Allah SWT, bukan karena orang tua atau hartanya.

“Ibnul Imad mengatakan bahwa hikmah di balik keyatiman Nabi Muhammad SAW adalah agar ia memandang awal perjalanannya ketika sampai di tangga-tangga kemuliaannya, agar Rasulullah SAW menyadari bahwa manusia dapat menjadi mulia hanya karena diangkat menjadi mulia oleh Allah, dan agar Rasulullah SAW menyadari bahwa kekuatannya bukan berasal dari ayah, ibu, dan hartanya, tetapi kekuatannya berasal dari Allah SWT,” (Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam,

BILYATIMI PEDULI NUSANTARA

www.bilyatimi.org
Jl, Dukuh Kupang XX No. 40, Dukuh Kupang, Dukuh Pakis, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia - 60225
Email : admin@gmail.org
Telp : 085732002002 / 085733261866
X